Papan Luncur di Predator Skate Park Bantul

19.00


Mereka yang hobi bermain papan luncur di Yogyakarta, kini tak perlu lagi takut diusir oleh pihak yang kerap kali merasa terusik, dengan ulah para skaters ini yang bermain di wilayahnya. Sejak Maret 2012 lalu, di wilayah Kasongan, Bantul, seseorang yang menggemari olahraga ekstrim ini membangun skate park secara independen.

Setiap harinya, sejak sore hingga malam para penggemar skateboard, dan inline skate berkumpul dan bermain di tempat yang dinamakan Predator Skate Park ini. Para skaters tersebut berasal dari beragam latar belakang, di antaranya ada, pelajar SMP, SMA. Mahasiswa, bahkan juga mereka yang bekerja kantoran, dan yang sudah berkeluarga.

Para skaters ini tidak hanya datang dari Yogyakarta dan sekitarnya, tidak jarang mereka yang dari Solo, Semarang, Bandung, Pacitan, bahkan Singapura sengaja datang untuk menjajal tempat yang kini jadi satu-satunya skate park di Yogyakarta ini. Di depan Skate Park, juga tersedia Predator Skateshop, toko yang menjual berbagai pernak-pernik skateboard.

Selain berkumpul dan bermain skateboard. Di skate park seluas 800m2 tersebut, mereka saling tukar pengalaman, dan belajar trik-trik terbaru. Menurut Danang Sispurwantoro, inisiator Predator Skate Park ini, sebelumnya ia dan kawan-kawannya bermain di tempat-tempat umum, di antaranya Teras Pasar Niten baru, dan karena tidak izin, maka seringkali diusir pihak keamanan setempat.

Adalah Mardikun, paman Danang yang merelakan tanahnya dibangun untuk tempat bermain skateboard yang layak. Menurut Mardikun, yang sehari-harinya menjadi dosen sejarah di IKIP PGRI Wates ini ia merasa tergerak melihat Danang dan teman-temannya yang semangat bermain skateboard ini, bahkan ia sendiri yang ikut merawat skate park tersebut dengan menyirami air setiap dua hari sekali dan mengecek jika ada yang alat-alat yang kendor.

Menurut Mardikun, Predator Skate Park ini dibangun dengan biaya seadanya, karena adiknya memiliki toko bangunan, maka biaya terbesar hanya untuk membayar para pekerjanya. Sedangkan untuk desainnya, Danang sendiri yang mengerjakan berdasarkan referensi dari internet. Karena setiap harinya, semakin ramai, dalam waktu dekat Predator Skate Park akan diperluas lagi. Karena permainan ini masih dianggap asing, menurut Mardikun, ketika meminta bantuan, pihak Kabupaten belum memberikan tanggapannya.

Menurut Danang, satu di antara tujuan didirikannya Predator Skate Park ini adalah untuk mencetak generasi baru yang masih ‘pure’ untuk berprestasi di berbagai ajang turnamen.

Selain itu, Danang juga ingin mempersatukan komunitas skateboard yang ada di Yogyakarta. Sejak 2001 lalu, Danang aktif bermain skateboard, ia bersama keempat temannya bermain di berbagai tempat, mulai di Paseban, Bantul, hingga di kawasan Mandala Krida.

Pria kelahiran 1982 yang juga memiliki usaha modifikasi motor ini mengaku sempat jenuh dengan skateboard dan sibuk dengan pekerjaannya, namun cita-citanya untuk memiliki skate park yang menyatukan para pecinta skateboard tidak sirna begitu saja. Danang berujar bahwa tidak ada perbedaan di dunia skate, yang ada hanyalah perbedaan trick, gaya, dan penampilan.

“Di sini nggak menutup diri dengan siapa saja, welcome buat siapa aja yang datang, skate is fun,” imbuhnya tersenyum.

Dengan semangat, Danang berkata bahwa generasi muda saat ini didominasi oleh skaters berusia 11 tahun, baik di Jakarta atau pun Bali. Dengan adanya Predator Skate Park, lanjutnya, ini merupakan ancaman bagi pagiat skateboard di luar negeri. Selama ini aksesoris dan pernak-pernik skateboard di ambil dari luar negeri, kini Danang sedang mendesain sendiri papan skate dari kayu asli Indonesia.

“Kita kan raja hutan, kayunya nggak bakalan habis, kenapa nggak buat papan skate sendiri?” ujarnya.

Selain itu, lanjut Danang, ‘truck’ penyangga papan yang digunakan di roda dibuat dari bahan dasar aluminium, dan aluminium terbagus terdapat di Indonesia, begitu juga dengan karet sebagai bahan dasar roda, di mana negeri ini dikenal sebagai penghasil karet yang terbaik.

Desain yang terdapat di Predator Skate Park ini dirancang sendiri olaeh Danang, menurutnya tidak ada aturan yang baku untuk membuat alat-alat bermain skateboard,

“Asal tahu basic, bisa nyaman dipakai, itu sudah oke,” pungkasnya.

Di Predator Skate Park terdapat beragam jenis rail, piramid, ledge, dan sebagainya untuk menguji trik dan adrenalin para skaters. Terdapat satu piramid yang dilengkapi dengan hand rail, leds, dan tiga banks, selain itu di Predator juga ada Drop in berupa lima anak tangga dan down ledge untuk menguji ketrampilan. Skate Park berukuran medium memang sudah cukup memenuhi standart sebuat arena bermain dan kompetisi.

Hal ini juga dibenarkan oleh Juraimi bin Jumeli, skaters asal Singapura, kelahiran 1987 ini mengatakan selain tempatnya asik, ‘floor’nya juga bisa membuat laju lebih cepat. Juraimi, yang bermain skateboard sejak 1997 ini telah menjuarai berbagai kompetisi, di antaranya Malaysia Wild Chanel, Makasar IOXC (Indonesia Open X-treme Competion),  Singapore X-treme Championship, dan Metal Game Singapore, semoga saja dengan datangnya skaters profesional dari berbagai penjuru, prestasi skaters lokal bisa semakin meningkat, dan pemerintah mau melirik olahraga yang positif ini.


jogja.tribunnews.com


You Might Also Like

0 komentar